Aku lupa bilang cinta
23.10
(Pikiran ini terus mengusik. Saya merasa terbeban untuk membagikan kisah ini dalam blog ini. Karena penyesalan selalu datang terlambat, maka saya rasa tidak ada salahnya jika dengan kisah ini kita akan lebih berani dalam mengutarakan. Semoga..)
Mengenal mereka saja kita bisa paham, mereka adalah suatu kesatuan.
Mereka tidak bicara cinta, namun tangan saling menggenggam.
Entah untuk sekedar intim
atau
menguatkan...
Si pria , teman baik saya. Seorang sederhana, seorang pria dengan visi dan misi sederhana.
Bagi dia, menjadi kaya bukanlah tolak ukur kesuksesan.
Sukses menurut sahabat saya yang satu ini adalah bahagia.
Dan bahagia nya adalah wanita itu.
Si wanita, saya mengenalnya. Kami saling mengenal.
Dia wanita baik. Setidaknya, saya tau dia wanita baik. Tuhan mencintainya, dia juga sebaliknya.
Tapi ...
... dia juga mencintai pria itu.
Pria yang merupakan teman baik saya.
Dia mencinta dua hal yang bertolak belakamg....
Bukan, teman saya bukan seorang yang membenci Tuhan .
Dia juga masih rajin bersujud di tiap pagi, siang, sore dan malam nya.
Bahkan saya tau, dalam ikhtiarnya.
Dengan lirih, dia membisikan sebuah nama.
Nama wanita itu.
Si wanita pun , seperti yang saya katakan, mencintai Tuhannya dengan sungguh.
Di tiap minggu pagi nya, dalam doa malamnya,
Sebelum ditutup dengan amin,
\Nama sahabat saya diucapkan nya pelan.
Takut, dia khawatir jikalau Tuhannya marah.
Karena dia selalu meminta apa yang tidak akan pernah menjadi miliknya......
Berbicara jarak.
Kita berbicara seberapa jauh.
Berbicara beda
Kita berbicara seberapa banyak
Tapi berbicara Tuhan.
Harus satu bukan ?
Tidak mungkin dua manusia menjadi satu namun memiliki dua Tuhan ..
Anda semua tau kemana arah pembicaraan saya ini tentunya.
Waktu.
\Katanya menyembuhkan.
Tapi bagi mereka,
\Waktu menyiksa.
Cinta
Katanya menyatukan
Tapi bagi mereka
Cinta memisahkan.
Di percakapan sore itu dengan sahabat saya, dia mengutarakan.
Enam tahun lalu cinta tidak serumit sekarang.
Saya bertanya ,
Kenapa kamu masih bertahan dengan cinta yang seperti ini ?
Seperti apa, ujarnya.
Seperti yang kamu sedang jalankan.
Kami tidak dalam komitmen.
Lalu ? Semua kebersamaan, perhatian, dukungan untuk wanita itu. Lantas kamu sebut itu apa ?
Lelucon ?
Saya tidak merasa mengikatnya . Saya tidak merasa memilikinya. Saya hanya mencintainya.
...
Mereka tidak butuh pengakuan.
Mereka tidak butuh status.
Mereka hanya butuh dunia tanpa sekat.
Klo (panggilan akrab sahabat saya kepada saya ), saya tidak memaksa dia untuk tinggal lalu memperjuangkan saya, saya juga tidak mengemis untuk dia meninggalkan Tuhannya lalu bersama saya , seorang manusia yang masih bisa salah. Demikian juga saya, saya mencintainya , tapi cinta ini datang dari Tuhan, lantas apa hak saya meninggalkan Tuhan saya untuk sekedar mengejar cinta? Jika Tuhan mau, dia bisa mengambil rasa cinta ini sewaktu waktu. Selesai perkara. Saya sudah tidak mencintainya lagi tiba-tiba. Atau banyaklah cara ketika Tuhan sudah muak terhadap aku ini , hambaNya yang keras kepala.
Apa kamu pernah mengatakan padanya kalo kamu mencintai nya ?
Maksud mu ?
Like saying ' i love you'
Halah, dia juga sudah tau bahwa saya mencintainya tanpa perlu kalimat itu. untuk apa..
Wanita suka ucapan. Siapa tau bisa meluluhkan hatinya untuk pindah..
Hatinya siapa yang buat ? Tuhannya kan ? Aku siapa ?
......
Saya pikir apa yang terjadi seminggu lalu adalah momen dimana Tuhan sudah putus asa.
atau mungkin Tuhan menjawab doa doa mereka ?
(Seminggu yang lalu, saya mendapat kabar wanita yang di cintai teman saya meninggal. Dia tewas dalam kecelakaan di jalanan. Saya tiba -tiba merasa hancur. Karena terkadang, cara Tuhan menjawab doa, antara memberikan
atau
mengambil. )
0 comments