SEMERU (KURANG SATU) #2

10.57







(previously di part #1)

Ehiya bener aja, pas sampe ruameeeee bener. Sampe ada aki-aki juga.
Gue sebagai pendaki mula-mula langsung jiper.
Salah pilih gunung keknya gue .....................................


Nyempetin mandi dan keramasan (Kak Astra sih, gue enggak) kami yang nyaris ditinggal rombongan jeep langsung bergegas ke jeep kami dan menuju Ranu Pani.


Ah, kelodih beneraaaaan ke Semeruuuuuuu!


---------------------------------------------------------------------------------------------

Views from our jeep

Ketika jeep mulai memasuki TNGBTS kita dimanjain sama bukit-bukit sekitar dan view lautan pasir Bromo yang ngeri-ngeri sedap.
Dari Tumpang ke Ranu Pani adakali sejam lebih.
Pas mulai masuk Ranu Pani nafas udah beruap aja. Jaket kancing tinggi-tinggi, dan gue mulai mikir apa kabar kehidupan di atas sana. Dibawah aja udah begini shaaay.



Desa Ranu Pane dan Ranu Regulo nya yang berkabut di siang hari

Urusan simaksi lagi-lagi udah diurus abang Hendra. Kami tinggal nunggu cantik selama beberapa jam .
Konon menurut bang hendra pendakian baru bisa dimulai setelah briefing dan diberangkatkan kalo udah banyak orang. Dipikir pikir kayak angkot juga sih hehe. 

Jam 4 sore tepat kami mulai memasuki ladang-ladang warga sebagai jalan menuju jalur pendakian. 
Ohya kami fix ndaki cuma betigaan aja. Kurang ngeri apalagi coba kami huh.

Selepas gerbang selamat datang yang ikonik itu paru-paru udah diuji dengan tanjakan yang awalnya gue pikir nyiksa banget . Fakta nya gue akan  nemu puluhan tanjakan nyiksa banget selama 3 hari kedepan.
tapi untuk permulaan gue udah mulai  ngos-ngosan.

Sejam pertama gue udah break 3 kali. Dan belom sampe pos 1 pun.

jalur di dominasi sama paving block yang teratur dan beberapa batang pohon yang rubuh.

untuk pemula kayak gue sih ini aja udah bikin paru-paru kerja extra.

melewati 2 shelter Landegan Dowo dan Watu Rejeng, kami menghabiskan 1 jam perja;lanan untuk sampe ke pos 1 aja ......

Kabar baiknya di pos 1 ada yang jualan semangka, gorengan dll.

Dan kata si abang, pemandangan ini akan terus ada sampe Kalimati. Kurang kang bakso ajasih fix.

Sejak nemu semangka di pos 1 , gue mulai menetapkan semangka jadi dopping gue selama pendakian.
Harga nya cukup murah sih mengingat perjalanan ngangkutnya , yaitu 2500 utk satu slice semangka.

Kami istirahat kurang lebih setengah jam dan akhirnya melanjutkan perjalanan untuk ke pos 2.
Track mulai menyiksa betis dan paru-paru.
Dan kabut gak main-main tebelnya. Alhasil sisa pendakian bikin badan menggigil kalo kita berehenti terlalu lama.

Muka-muka bahagia karena secercah semangka. 
Pos 2 kami tempuh sekitar satu jam kurang. Mohon maaf bagi pembaca yang anak gunung sejati. Ritme perjalanan gue emang selambat itu. Karena tiap nemu tanjakan kecil gue istirahat 5 menitan begitupula turunan.

Di pos 2 kami gak lama-lama ngaso nya. Karena langit mulai gelap dan kabar buruknya headlamp peninggalan babeh gue yang keliatannya keker, mengkhianati gue habis-habisan.
Padahal udah di charge seharian, Dan yang tersisa cuma senter dengan cahaya remang-remang. Tjakep!


Lanjut ke pos 3 , jalanan makin ngaco, banyak pohon-pohon ambruk, jalan tinggal setapak jurang di sisi kiri menganga, dan ditengah perjalanan dan malam yang desperate ada track longsor.

Sekali lagi



Track longsor.



Jadi itu udah bekas longsoran dan disediain tali buat webbing.

Bayangin aja gelap-gelap, bawa keril segede alaihim gambreng, masih mesti ngerayap-rayap di pinggian jurang menganga.

yawlaaaa tolong isyana yawlaaaa


Fiuh, jantung mulai normal lagi tapi penderitaan gak selesai sampe disitu.

" Klo, siap-siap yah di pos 3 kita bakal ada tanjakan " ujar bang Hendra

Dalem hati gue : lo pikir daritadi itu apaan banghhhhhh


Tapi kali ini bang Hendra beneran bilang tanjakan.
Karena tanjakan yang dimaksud itu bener-bener jalanan menanjak dengan kemiringan 60-70 derajat dengan medan tanah merah.
Gue begitu sampe di bawah tanjakan aja rasanya mau sujud sembah.
Malem-malem harus nguji betis dan dengkul di tanah nan licin ini.


*seperempat tanjakan*

gue : hosshhh..hosshhhh. breaakhhhhh.


*10 menit kemudian*

gue : abhaaaangggg waithhhh


setelah 20 menit di tanajakan biadabh itu gue break cukup lama untuk ngumpulin sisa-sisa udara.


Gak kerasa udah sekitar jam setengah 8 malem dan gue mulai desperate sekaligus ngantuk , bahkan gue bisa tidur disela sela break time gue.

tapi entah dengan alesan apa si bang Hendra gak ngebiarin gue tidur-tidur lucu.


Jam 9 kurang finally gue tiba di Ranu Kumbolo. Malem itu di Rakum udah rame aja macem gang di Tambora sana. Penuh sama tenda warna-warni dan lampu-lampu didalemnya. Rakum sendiri ketutup kabut, dan setelah mendapatkan kavling yang pas, akhirnya kita buka tenda.

Ka Astra udah duduk lemes karena masuk angin kayaknya.

Dan dengan sisa tenaga , gue membantu si abang buka tenda. And hey i think im becomin expert to set a tent :)

Btw menu makan malem pertama kita sosis goreng dan sarden. gue yang sedari tenda berdiri udah ndusel-ndusel di balik sleeping bag. Dan chef Hendra berhasil membuat gue amazed dengan ceret barbie nya :")

Oh ya please jangan dicontoh tindakan gue yang sangat amat bodoh. Dengan gak makan nasi setelah sehariann hiking. Karena to be honest gue ilang selera makan gitu aja . Faktor capek dan mental 'takut poop'. Karena efeknya kerasa ketika besok pagi pas gue lanjut hiking ke Kalimati. Im gonna tell you in the next chapter.

Malem yang sempurna di Rakum. Gue sempet menyaksikan milkyway yang selama ini gue dan Dian perbincangkan. Kami selalu menganggap milkyway di Rakum paling epic. And i prove it by my own eyes. Bentangan langit luas dengan bintang yang ratusan, kayak di Planetarium tapi kali ini for real.

Ah yan, andai lo ikut sama gue. Milkyway di Rakum epic nya maksimal!

but sorry ive no pict at all, mengingat gak ada dari kami bawa gadget yang mumpuni untuk menangkap keindahan Rakum malem itu. But i saw more than i could describe :)

Sekitar pukul 12 malam kami mulai masuk sleeping bag masing-masing. Hangat dan sempurna setelah badan rontok seharian.

Sleep well universe!


---

Senin,15 Agustus 2016
06.00wib

my kinda of monday

Gue memicingkan mata.

Nampak hidung bang Hendra yang jaraknya cuma 10 centi dari muka gue.

Sontak pagi gue agak random, karena baru kali pertama gue tidur sebelahan sama orang yang baru gue kenal 24 jam yang lalu.


Pas buka tenda.........


Kabut.


Putih.



Embun.


Kerak Es


MANA SUNRISEEEEEENYAAA ILAAAHHH~

Sedikit kecewa sambil pelukan sama Ka Astra sangking dinginnya. Dan si abang masih anteng di sleeping bag kepompongnya.

Ngintip di jam canggihnya bang Hendra, suhu pagi itu adalah 3 derajat. Welcome to the summer on mountain clauuuu!

Melipir nyari semak-semak untuk pipis adalah kegiatan pertama kami pagi itu. Dan gue baru banget pipis setelah kemarin gue ga pipis. Puji Tuhan gue ternyata gak beseran :))


Balik ke tenda dan si abang masih bobok cantik. Huh. Padahal mau minta masakin air panas.


Akhirnya Ka Astra milih untuk nongkrong di warung deket shelter nyari energen. Dan gue mencoba membangunkan si abang dengan berbagai cara..............................tapi gagal.

Untung Ka Astra sangat amat pengertian, dia kembali dengan segelas teh panas dan menjadi es teh dalam waktu 5 menit :")


Abanggg banguun...


Mmmhhhh


Bangun bang... bubur udah jadi....


Pagi kaliaaan. Wah indah banget bangun-bangun udah ada sarapan. Makasin lohh

*siram kuah indomie*



inframe : Claudy yang super mager bahkan untuk foto diluar
& Baginda Raja yang baru bangun
view from my tent


(btw gue sempet juga loh nyobain "toilet kering" yang berpotensi bikin hidung sinus kalo gakuat nahan baunya )

Jam 10 kami lipat tenda dan Rakum udah mulai keliatan alias kabutnya hilang sementara waktu.

Dan kami udah siap untuk mengadu nasib di Tanjakan Cinta yang fenomenal dan penuh dengan takhayul.

Tanjakannya ditutupin kabut

Jujur gue naik ke tanjakan itu aja ebuset, boro-boro mikirin orang, napas aja senen-kemis. Dan the only way to recharge my spirit is dengan nengok ke arah Rakum yang cantik banget siang itu.

Tanjakan cinta gue tempuh selama 15 menit dan sesampe nya diatas si bang Hendra udah nyemangatin selepas itu gue bakal berada di oro-oro ombo yang terkenal juga.

glek..glek

itukan sari kacang hijau siapa?

aku.

ih itukan punya aku tau.

eh ? ohiya aku udah minum kemarin yah hehe

Mungkin kalo bang Hendra bukan anak gunung yang budi pekerti nya baik,  anytime gue bisa di sasarin sama dia , ditinggalin terus mati kelaparan.




Yang menghibur lainnya, Oro-oro ombo siang itu luar biasa. Memang tidak ungu sepenuhnya, tapi pemandangan di baliknya yang bikin speechless. Bukit-bukit , bak di negeri dongeng.

Eh tapi jangan seneng dulu, sebelum lo menginjakan kaki di Oro-oro ombo, ada turunan tajem setajem silet nya Feni Rose yang lumayan panjang dan bikin jiper plus malu kalo lo salah langkah dan gelinding .






turunan yang  bikin mikir


Gilaaaaa ini gede bangetsss. Bisa main futsal 10 kecamataaaaaaannn. Gumam gue dalem hati.



The Majestic Oro Oro Ombo

Diujung sana terlihat bapak-bapak semangka cemoro kandang menanti gue untuk ngeborong dagangannya.

Dan fakta slanjutnya adalah neraka hari itu bukan tanjakan cinta atau turunan oro-oro ombo. Melainkan track ke pos Jambangan.


(to be continued..)
































You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook